Tahun Depan, Tarif PPN Naik Jadi 12% – Bagaimana Dampaknya Menurut Bankir Syariah?

Beberapa Bank Pessimis Pertumbuhan Kredit dan DPK Mencapai Target 2024

Kenaikan Pajak PPN dan Dampaknya Terhadap Daya Beli Masyarakat

Pada 1 Januari 2025, tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Indonesia akan mengalami kenaikan menjadi 12%. Hal ini diproyeksikan akan memberikan tekanan terhadap daya beli masyarakat. Penurunan daya beli ini dapat berdampak pada penurunan permintaan pembiayaan, terutama di segmen konsumer, mikro, dan UMKM.

Dampak Kenaikan PPN terhadap Pertumbuhan Kredit dan Kualitas Aset Perbankan

Selain menekan pertumbuhan kredit, kenaikan PPN juga berpotensi mempengaruhi kualitas aset perbankan di ketiga segmen tersebut akibat meningkatnya risiko gagal bayar. Hal ini menjadi tantangan signifikan bagi industri perbankan, terutama dalam menjaga pertumbuhan kredit dan kualitas portofolio pembiayaan.

Strategi Bank dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi

Risk Management Division Head Bank Mega Syariah, Rundi Dhema Perkasa, mengatakan bahwa Bank Mega Syariah terus memantau kondisi pasar dan ekonomi secara aktif serta menyesuaikan strategi bisnis dengan tren yang tengah berkembang. Dalam menghadapi potensi perlambatan di segmen tertentu, Bank telah mempersiapkan diversifikasi portofolio pembiayaan yang lebih luas, termasuk memperkuat segmen yang memiliki risiko lebih rendah dan potensi pertumbuhan yang stabil.

Penerapan Pengelolaan Risiko yang Komprehensif dan Proaktif oleh Bank

Bank Mega Syariah telah menerapkan pengelolaan risiko yang komprehensif dan proaktif. Melalui Risk Acceptance Criteria (RAC), Bank ini memastikan pemberian pembiayaan dilakukan dengan sangat selektif berdasarkan prinsip kehati-hatian. Selain itu, Bank Mega Syariah juga secara konsisten menerapkan prinsip 5C – character, capacity, capital, collateral, dan condition – untuk menilai kelayakan pembiayaan, sehingga risiko gagal bayar dapat diminimalkan.

Optimisme Bank Mega Syariah di Tengah Tantangan Ekonomi

Meskipun menghadapi tantangan ekonomi yang semakin dinamis, Bank Mega Syariah tetap optimistis. Bank ini berkomitmen untuk mempertahankan rasio NPF di bawah risk appetite dan menjaga pertumbuhan pembiayaan yang berkualitas melalui mitigasi risiko yang konsisten dan pengelolaan portofolio yang prudent.

Fokus Bank pada Pengembangan Layanan dan Produk Inovatif

Bank Mega Syariah juga fokus pada pengembangan layanan dan produk yang inovatif. Strategi ini bertujuan untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas, khususnya di sektor konsumer, yang mencatatkan pertumbuhan signifikan. Pembiayaan konsumer hingga September 2024 tercatat mencapai Rp 382,5 miliar, tumbuh 24,07% dibandingkan September 2023. Selain itu, segmen kartu pembiayaan atau Syariah Card juga mencatatkan pertumbuhan sangat baik sebesar 686% YoY. Secara keseluruhan, total pembiayaan Bank Mega Syariah mencapai Rp 7,2 triliun per September 2024.

Kualitas Pembiayaan Bank Mega Syariah dan Rasio NPF

Bank Mega Syariah berhasil menjaga kualitas pembiayaannya dengan rasio non-performing financing (NPF) gross per September 2024 sebesar 0,91%, turun dibandingkan posisi September 2023 yang mencapai 0,95%.

Optimisme Bank Mega Syariah Menjelang Tantangan Ekonomi di Tahun 2025

Dengan fokus pada inovasi, pengelolaan risiko yang ketat, dan pengembangan portofolio yang sehat, Bank Mega Syariah optimistis bahwa strategi yang telah diterapkan akan memperkuat daya tahan bank terhadap tantangan ekonomi di tahun 2025.

Melalui langkah-langkah strategis dan proaktif yang telah diambil oleh Bank Mega Syariah, diharapkan bahwa bank ini dapat tetap berkembang dan memberikan kontribusi positif dalam mendukung perekonomian Indonesia.

Exit mobile version