Mempertahankan Stabilitas Rupiah: Strategi BI

Mempertahankan Stabilitas Rupiah: Strategi BI

Pasar keuangan global mengalami ketidakpastian menjelang akhir tahun 2024. Kekhawatiran terhadap arah kebijakan Presiden AS terpilih, Donald Trump, serta prospek pemangkasan Bank Sentral AS, The Fed, telah memengaruhi berbagai pasar termasuk nilai tukar Rupiah.

Dampak Gejolak Global terhadap Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar Rupiah pada perdagangan Selasa (24/12) terkoreksi 0,19% di posisi Rp16.200 per Dolar AS. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Asset Sekuritas Bank Indonesia, Edi Susianto, mengungkapkan bahwa tekanan terhadap nilai tukar Rupiah juga dialami oleh mata uang emerging lainnya.

Faktor-faktor Penekan Nilai Tukar Rupiah

Ada beberapa faktor yang menjadi penekan terhadap nilai tukar Rupiah, di antaranya:

  • Divergensi ekonomi AS yang tercermin dari penguatan data ekonomi AS dan prospek penurunan suku bunga The Fed hanya 2 kali di 2025.
  • Kepemimpinan Trump 2.0 yang dapat mendorong terjadinya perang dagang global.
  • Geopolitik Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung.

Peran Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Rupiah

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyebutkan bahwa fluktuasi nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh proyeksi kebijakan suku bunga The Fed 2025 yang turut dipengaruhi oleh kebijakan Donald Trump.

Bank Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas Rupiah, antara lain:

  • Menahan posisi BI Rate di 6% pada RDG BI Desember 2024.
  • Mengoptimalkan operasi moneter termasuk SRBI dan SUVBI.
  • Memperkuat struktur suku bunga instrumen moneter untuk menarik aliran modal ke dalam negeri.

Strategi BI dalam Menjaga Stabilitas Rupiah

Langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas Rupiah di tengah gejolak ekonomi global menjadi perhatian banyak pihak. Bagaimana strategi BI dalam menghadapi tantangan tersebut?

Simak dialog lengkap antara Shinta Zahara dengan Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Asset Sekuritas Bank Indonesia, Edi Susianto, dan Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede dalam acara Power Lunch, CNBC Indonesia (Selasa, 24 Desember 2024).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *