Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas saham perbankan besar terpantau bangkit dan bergairah pada perdagangan sesi I Senin (23/12/2024), di tengah harapan pasar bahwa fenomena window dressing masih dapat terjadi di sisa perdagangan 2024.
Hingga pukul 11:18 WIB, terpantau sepuluh saham perbankan berkapitalisasi pasar besar (big cap) cerah bergairah, dengan lima saham berhasil melesat lebih dari 1% dan lima saham menguat kurang dari 1%.
Saham perbankan Himbara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi yang paling kencang penguatannya di sesi I hari ini yakni mencapai 2,46% ke posisi Rp 4.160/unit.
Berikut pergerakan saham bank raksasa pada sesi I hari ini.
Saham perbankan rebound setelah beberapa hari terakhir merana karena dilepas oleh investor baik domestik maupun asing. Selain itu, valuasinya yang sudah tergolong murah akibat koreksi beberapa hari terakhir turut menopang saham perbankan pada sesi I hari ini.
Secara rata-rata, valuasi saham perbankan dari sisi price to book value (PBV) saat ini sudah mencapai sekitar 1 kali atau mendekati dua kali. Beberapa saham perbankan raksasa seperti BBRI dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) saja PBV-nya mendekati 2 kali. Artinya sudah cukup murah untuk kedua saham bank raksasa tersebut.
Namun jika diukur dari price to earnings ratio (PER), saham perbankan masih terbilang kompetitif karena berada di belasan kali.
Di lain sisi, pasar yang masih mengharapkan adanya potensi window dressing di pekan ini juga turut menopang saham perbankan. Fenomena Santa Claus Rally juga diharapkan akan terjadi pada pekan ini.
Pasar modal biasanya akan memasuki musim window dressing jelang akhir tahun. Secara garis besar, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor, yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya.
Efek dari strategi tersebut biasanya tidak hanya berlangsung pada akhir kuartal tiap tahun-nya. Akan tetapi bisa berlanjut ke bulan bulan setelah-nya yang juga dikenal sebagai January Effect, dengan catatan kondisi makro ekonomi juga semakin mendukung.
Tak hanya window dressing, fenomerna Santa Claus rally juga menjadi momentum menarik mendulang cuan jelang akhir tahun dan diyakini menjadi suatu pertanda yang baik untuk tahun yang akan datang.
Untuk diketahui, Santa Claus rally merupakan sebuah reli di pasar saham AS yang terjadi pada lima perdagangan terakhir di bulan Desember hingga dua hari perdagangan pertama di bulan Januari.
Ada beberapa penjelasan di balik fenomena Santa Claus rally, seperti optimisme menyambut tahun baru dan investasi dari bonus musim liburan misalnya.
Selain itu, ada juga teori yang mengatakan bahwa beberapa investor institusi besar yang cenderung lebih pesimistis terhadap pasar saham sedang berlibur pada periode ini, sehingga pasar didominasi oleh investor ritel yang cenderung lebih optimistis.
Jika melihat data historis pada IHSG selama 10 tahun terakhir, momentum Santa Claus Rally yang juga bertepatan dengan window dressing membuat probabilitas IHSG ditutup hijau sangat dominan, peluangnya mencapai 90%. Apalagi jika saham perbankan bangkit, maka peluang untuk IHSG rebound pun terbuka lebar pada pekan ini.
CNBC Indonesia Research