Pangeran Diponegoro: Kisah di Balik Visualnya yang Terkenal
Sejarah Indonesia kaya akan tokoh-tokoh yang memiliki peran penting dalam perjuangan melawan penjajah. Salah satu tokoh yang sangat terkenal adalah Pangeran Diponegoro. Beliau sering digambarkan dengan mengenakan jubah dan sorban, dan visual ini telah menjadi bagian penting dalam representasi beliau.
Kisah di Balik Lukisan Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro secara visual sering ditampilkan mengenakan jubah dan sorban. Visual ini kemudian diproduksi terus-terus melalui media dan sarana pendidikan di banyak buku sekolah. Namun, siapa yang pertama kali menampilkan Pangeran Diponegoro dengan visual seperti itu? Jawabannya adalah Adrianus Johannes Bik.
Bik adalah hakim di Batavia yang suka melukis. Saat bertugas, kebetulan Pangeran Diponegoro sedang berada di penjara pada April-Mei 1830. Kebetulan lagi, pengawas penjaranya adalah Bik. Pada titik ini, sebagaimana dipaparkan Peter Carey dalam Kuasa Ramalan (2011), Bik meminta izin melukis potret diri Pangeran Diponegoro. Dia melukis menggunakan pensil di atas kertas dan menggambarkan Diponegoro memakai sorban, baju koko, jubah, selempang, dan keris pusaka. Lukisan tangan Bik dianggap paling akurat karena dia berkesempatan melihat langsung Pangeran Diponegoro semasa hidup.
Pengaruh Lukisan Bik terhadap Seniman Pribumi
Setelah lukisan Bik, visual Pangeran Diponegoro dengan jubah dan sorban menjadi inspirasi bagi seniman pribumi seperti Raden Saleh dan Basoeki Abdullah. Mereka juga menggambarkan beliau dengan pakaian yang sama dalam karya-karya monumental mereka. Sejak itu, representasi Pangeran Diponegoro dengan jubah dan sorban terus hidup dalam seni dan budaya Indonesia.
Mengapa Pangeran Diponegoro Memilih Memakai Jubah dan Sorban?
Meskipun awalnya Diponegoro memakai pakaian Jawa, beliau kemudian beralih memakai sorban dan jubah setelah bertukar pakaian dengan saudaranya yang keturunan Arab, Ibrahim. Budaya Arab pada saat itu menjadi objek kekaguman banyak orang Jawa karena kebesaran Kekaisaran Turki Utsmani yang dianggap sebagai simbol kekuatan Islam di Timur Tengah.
Diponegoro sebagai pemimpin turut mengadopsi kebiasaan-kebiasaan Arab yang ditonjolkan Turki Utsmani, seperti penggunaan sorban dan jubah. Meskipun tidak ada catatan yang menunjukkan hubungan langsung antara penggunaan sorban dan jubah oleh Diponegoro dengan budaya Turki Utsmani, beliau memakainya sebagai simbol perlawanan terhadap Belanda dan sebagai pemimpin spiritual keagamaan.
Kesimpulan
Pangeran Diponegoro adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang memiliki peran besar dalam perjuangan melawan penjajah. Visual beliau dengan jubah dan sorban telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam representasi beliau. Kisah di balik visual tersebut memberikan gambaran yang lebih dalam tentang pemikiran dan perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah. Semoga cerita ini dapat menginspirasi generasi muda untuk terus menghargai dan mempelajari sejarah bangsa.