Bursa Asia-Pasifik Melonjak, Investasi di Asia Menganalisis Data CPI Jepang
Bursa Asia-Pasifik mengalami lonjakan pada hari Jumat, mengikuti kenaikan di Wall Street yang membuat S&P mencatat kenaikan selama empat hari berturut-turut. Investor di Asia sedang menganalisis data Indeks Harga Konsumen (CPI) Jepang untuk bulan Oktober. Inflasi inti naik 2,3% dari tahun sebelumnya, sedikit di atas perkiraan 2,2% menurut analis yang disurvei oleh Reuters. Namun, angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 2,4%.
Di Jepang, Nikkei 225 naik 0,54% dan Topix naik 0,51%. Sementara itu, S&P/ASX 200 Australia memulai hari dengan kenaikan 0,71%. Di Korea Selatan, Kospi naik 0,67% dan Kosdaq naik 0,47%. Futures indeks Hang Seng di Hong Kong tidak menunjukkan perubahan signifikan.
Singapura juga dijadwalkan untuk merilis data PDB kuartal ketiga, dengan pertumbuhan diperkirakan meningkat menjadi 4,6% dari tahun ke tahun, dibandingkan 4,1% pada kuartal sebelumnya menurut data LSEG.
Presiden Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, pada hari Kamis menyatakan bahwa ia memantau fluktuasi dalam data ketenagakerjaan dan inflasi, namun tetap melihat perlunya penurunan suku bunga di masa depan. Menurutnya, inflasi telah turun mendekati 2% dan pasar tenaga kerja juga menuju kondisi stabil. Hal ini membuatnya berpendapat bahwa suku bunga akan turun secara signifikan dalam satu tahun ke depan.
Namun, Goolsbee memberikan catatan kehati-hatian, dengan mengatakan bahwa menghadapi potensi ketidakpastian, “mungkin masuk akal untuk memperlambat laju pemotongan suku bunga saat kita semakin mendekati target.”
Goolsbee akan memiliki hak suara pada tahun 2025 di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), yang menetapkan kebijakan suku bunga. Dengan perkembangan ini, pasar keuangan di Asia-Pasifik terus dipantau untuk melihat dampaknya terhadap investasi dan perdagangan di wilayah tersebut.