Jakarta, CNBC Indonesia – Nama Anthoni Salim kembali masuk di jajaran orang terkaya di Indonesia. Forbes menempatkannya di urutan ke-5 dengan harta US$ 12,8 Miliar atau Rp207 Triliun.
Masuknya Anthoni Salim di daftar orang terkaya bukan hal baru. Sebab, nama dia selalu masuk di daftar orang terkaya. Bahkan, ayahnya, Sudono Salim, berada di papan atas orang terkaya Indonesia selama 32 tahun.
Kesuksesan Anthoni Salim di bawah Salim Grup hari ini ternyata tak berjalan mulus. Salah satu kegagalan itu terjadi ketika dia berbisnis bersama Korea Utara tahun 1970-an.
Ambisi Masa Muda & Gagal
Sama seperti anak muda lain, Anthoni punya ambisi besar untuk segera bekerja. Usai pulang kuliah dari Inggris, dia ingin mulai berbisnis. Untungnya, dia tak perlu memulai dari nol sebab sudah ada kerajaan bisnis yang dirintis ayahnya di bawah bendera Salim Grup.
Anthoni pun, tulis Borsuk dan Chng dalam Liem Sioe Liong’s Salim Group (2016), ingin membangun bisnis di atas fondasi kokoh yang dibuat ayahnya. Bisnis pertama pria kelahiran 25 Oktober 1949 setelah kuliah adalah impor semen. Kebetulan, negara importinya adalah Korea Utara.
Dalam memulai bisnis pertama, Anthoni mengeluarkan uang yang sangat besar. Sayang, harapan agar bisa untung melimpah tak terealisasi. Ambisi besar dari diri Anthoni malah jadi senjata makan tuan. Selama menjalankan bisnis, Anthoni malah rugi.
Hal ini bisa terjadi karena Anthoni asal-asalan dan tidak cermat dalam berbisnis. Ternyata saat berbisnis semen, Anthoni sendiri tidak paham bagaimana soal distribusi semen yang sangat beresiko. Selama proses impor, semen-semen tidak ditangani dengan baik.
“Jika sebagian besar produsen menggunakan sak lima lapis, Korea Utara hanya 3 lapis. Ketika kapal kargo merapat, para pekerja Indonesia menangani semen dengan sangat kasar. Mereka main lempar saja. Banyak karung semen yang jebol-sekitar 70% sobek,” kata Anthoni.
Praktis, semua tindakan buruk itu membuat anak Sudono Salim itu harus kerja ekstra. Mereka harus mengemas ulang semen-semen yang bocor itu. Plus, pihaknya juga harus membersihkan kapal dan membayar biaya kelebihan berlabuh. Tentu semua itu membuat Anthoni keluar uang banyak di luar anggaran.
Lebih parah lagi, ketika semen-semen dijual, pihak Anthoni tidak mendapat untung melimpah. Sebab, tak ada yang mau membeli semen Anthoni karena dianggap semen bekas yang tercemar.
Selain itu, kesalahan besar lain bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal geopolitik. Anthoni lupa kalau Korea Utara adalah negara komunis. Kala itu segala hal berbau komunis dianggap sensitif di Indonesia, khususnya di mata Soeharto.
Jelas ini akan merugikan di mata penguasa. Lalu, dia juga lupa kalau Korea Utara ketika itu dianggap negara terbuang oleh masyarakat Internasional. Berkat kesalahan-kesalahan itu, Anthoni kehilangan banyak uang di bisnis pertama. Beruntung, dia tidak diomeli ayahnya soal kegagalan ini.
“Ketika saya membuat kesalahan, ayah saya mengoreksi saya, tetapi dia sangat mendukung. […] Ayah saya cuma mengatakan ini kepada saya: “Kamu tahu, ini pengalaman pertamamu”. Oleh karena itu, saya tidak pernah melupakannya,” ujar Anthoni.
Kegagalan pertama ini jelas menjadi pelajaran berharga bagi Anthoni. Setelahnya, kita tahu Anthoni semakin agresif berbisnis.