Investor Berebut Saham Bank yang Bangkit dengan Valuasi Murah




Jakarta, CNBC Indonesia – Saham perbankan raksasa terpantau bangkit dan bergairah pada perdagangan sesi I Senin (25/11/2024), di tengah mencuatnya lagi prospek pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) dan valuasi saham perbankan yang dinilai sudah cukup murah dan makin menarik.

Per pukul 10:30 WIB, terpantau 11 saham perbankan berkapitalisasi pasar besar (big cap) cerah bergairah, dengan sepuluh saham berhasil melesat lebih dari 1% dan satu saham menguat kurang dari 1%.

Saham perbankan Himbara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi yang paling kencang penguatannya di sesi I hari ini yakni mencapai 4% ke posisi Rp 6.500/unit.

Sedangkan saham PT Bank Mega Tbk (MEGA) menjadi yang paling minor penguatannya pada sesi I hari ini yakni menanjak 0,83% menjadi Rp 4.870/unit.

Berikut pergerakan saham bank raksasa pada sesi I hari ini.

Emiten Kode Saham Harga Terakhir Perubahan Harga
Bank Mandiri (Persero) BMRI 6.500 4,00%
Bank Negara Indonesia (Persero) BBNI 5.025 3,82%
Bank Central Asia BBCA 10.175 3,30%
Bank Maybank Indonesia BNII 224 2,75%
Bank Rakyat Indonesia (Persero) BBRI 4.510 2,50%
Bank Tabungan Negara (Persero) BBTN 1.285 1,98%
Bank CIMB Niaga BNGA 1.795 1,70%
Bank Syariah Indonesia BRIS 3.000 1,69%
Bank Permata BNLI 1.025 1,49%
Bank OCBC NISP NISP 1.355 1,12%
Bank Mega MEGA 4.870 0,83%

Saham perbankan berhasil bangkit dan melesat di tengah optimisme pasar global akan prospek pemangkasan suku bunga seiring data ekonomi AS yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan ekonomi terbesar di dunia tersebut, meski bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sempat mengindikasikan tidak akan tergesa-gesa memangkas suku bunga acuannya.

Di lain sisi, keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuannya juga turut menopang saham perbankan raksasa.

Dewan gubernur BI kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate pada November 2024 di level 6%. Demikian juga untuk suku bunga deposit facility sebesar 5,25% dan suku bunga lending facility sebesar 6,75%.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini ditempuh sebagai upaya BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global, seusai kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.

Di lain sisi, saham perbankan yang beberapa hari sebelumnya merana membuat valuasinya sudah cukup murah sehingga menjadi lebih menarik di mata pelaku pasar.

Dengan semakin murahnya valuasi saham perbankan di tambah dengan adanya fenomena window dressing yang diharapkan terjadi pada akhir 2024 hingga awal 2025, maka pasar mulai kembali melirik saham perbankan big cap di RI.

Saham bank memiliki oportunity yang besar untuk menjadi bagian daripada aksi window dressing pada Desember ini, atau memang sebenarnya bisa dimulai pada akhir November.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *